Sunday, March 10, 2013

SURAT Perintah Sebelas Maret


SURAT Perintah Sebelas Maret, surat yang ditandatangani Presiden
Soekarno kepada Soeharto untuk mengamankan situasi yang terjadi saat
itu. Belum jelas benar apa isi surat itu. Banyak versi yang menyebut soal
isi surat itu. Ada yang menganggap itulah surat yang kemudian digunakan
Soeharto yang saat itu memegang komando Kostrad untuk “mengkudeta”
Soekarno. Ada pula yang menganggap dengan surat itu Soeharto bisa
melakukan apa saja. Dan di mana keberadaan Surat Perintah yang
merupakan awal Orde Baru.
Sekarang, 41 tahun sudah berlalu, namun ada hal-hal yang berkaitan dengan Supersemar ini masih mengandung misteri atau memang sengaja dibikin misteri. Di manakah surat aslinya, atau siapakah yang menyimpannya? Apakah salinan teksnya yang tersimpan di Arsip Negara atau lembaga-lembaga penting lainnya betul-betul mencerminkan ke-otentikan-nya? Mengapa Soeharto tidak mau atau tidak bisa menjelaskan tentang “hilangnya” dokumen asli Supersemar, yang semestinya merupakan dokumen negara yang maha penting? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
SURAT Perintah Sebelas Maret, surat yang ditandatangani Presiden Soekarno kepada Soeharto untuk mengamankan situasi yang terjadi saat itu. Belum jelas benar apa isi surat itu. Banyak versi yang menyebut soal isi surat itu. Ada yang menganggap itulah surat yang kemudian digunakan Soeharto yang saat itu memegang komando Kostrad untuk “mengkudeta” Soekarno. Ada pula yang menganggap dengan surat itu Soeharto bisa melakukan apa saja. Dan di mana keberadaan Surat Perintah yang merupakan awal Orde Baru.
Awal mula penandatanganan Supersemar adalah datangnya tiga jenderal yang diperintahkan ke Istana Bogor, yaitu Jenderal Basuki Rachmat, Jenderal Amir Machmud dan Jenderal M Jusuf untuk menemui Bung Karno dengan membawa pesan dari Soeharto. Pesan itu, pertama menyatakan penyesalan atas kejadian yang mengelisahkan Bung Karno dan memastikan bahwa ABRI tidak akan meninggalkannya, untuk itu Pak Harto meminta diberikan Surat Perintah atau kemudian terkenal dengan Supersemar. Supersemar itu sendiri hanya menyangkut soal-soal teknis mengenai keamanan, tapi ditafsirkan oleh Soeharto termasuk di dalamnya ruang lingkup politik keamanan. Maka surat tersebut digunakan oleh Soeharto untuk menangkap 15 menteri pembantu Bung Karno dan membubarkan PKI. Supersemar dianggap sebagai penyerahan kekuasaan, dan semua wewenang presiden dijalankan dengan Supersemar. Yang paling penting Supersemar digunakan Soeharto untuk menggulingkan Bung Karno.
Dalam biografi M Jusuf yang ditulis Atmadji Sumarkidjo dituliskan bahwa diterimanya ketiga jenderal tersebut dan dapat menemui Bung Karno dikarenakan M Jusuf dan Amir Machmud dikenal baik oleh Bung Karno. Sekaligus termasuk perwira tertinggi yang sangat dekat dengan Bung Karno. Hal yang juga penting diyakini kepada Bung Karno adalah bahwa Letjen Soeharto adalah pimpinan TNI-AD yang dipercaya oleh jajaran di bawah dan bukan orang lain. Ini perlu dikemukakan bahwa terus-menerus Bung Karno menyatakan ketidakpercayaannya kepada Jenderal Nasution. Menurut M Jusuf ada kekhawatiran bahwa nantinya Nasution yang akan memimpin angkatan darat untuk melawan Bung Karno. Setelah Presiden Soekarno setuju dengan konsep pemberian wewenang kepada Soeharto, maka para jenderal langsung membuat konsep bentuk perintah atau komando tersebut yang redaksionalnya masih dicari-cari secara tepat.
Mengutip buku biografi M Jusuf, maka nyatalah bahwa ada beberapa konsep awal yang ditulis atau dibuat. Konsep pertama adalah versi yang ditulis setelah terjadi diskusi antara Bung Karno dan ketiga jenderal itu. Versi kedua perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Bung Karno sendiri dan tambahan dari Wakil Perdana Menteri Dr Soebandrio dan Chairul Saleh setelah mereka diundang Bung Karno untuk bergabung. Setelah salat Magrib, sekitar pukul 18.00 pertemuan dilanjutkan lagi terutama untuk membahas versi ketiga yang kemudian menjadi fi nal, dari konsep Presiden Soekarno.
Pertemuan itu berlangsung sampai sekitar pukul 20.30. Konsep yang disetujui itu baru diberikan kepada Brigjen Sabur untuk diketik ulang. Setelah selesai barulah dibawa ke tempat mereka berkumpul. Pada saat hasil ketikan dibawa kembali ke Bung Karno memang cukup tragis. M. Jusuf melihat jam tangannya, ketika Bung Karno menandatangani Surat Perintah pukul 20.55. Setelah itu lalu diserahkan kepada Mayjen Basuki Rachmat tanpa ada komentar lagi. Dalam penampilan terakhir M Jusuf di hadapan pers, beliau mengatakan bahwa mereka meninggalkan Istana Bogor pukul 20.30. tetapi kemudian ia sendiri mengoreksinya dan agak lupa secara tepat pukul berapa mereka meninggalkan Istana Bogor.
“Duduk Perkara Supersemar”
Pada awal Maret 2007, ada seminar yang digelar di Hotel Ambara, Jakarta Selatan mengangkat topik “Duduk Perkara Supersemar”. Acara ini di selenggarakan oleh Institute for Policy studies (IPS). Dalam seminar itu hadir sebagai pembicara, yaitu mantan Mensesneg Moerdiono, Aswi Warman Adam (Sejarawan), Kusni Tamrin (LSM), dan Ridwan Saidi (Mantan Anggota DPR RI).
Dalam seminar itu Moerdiono menjadi saksi, karena Moerdiono diyakini merupakan orang dekat Soeharto, yang selama 32 tahun menguasai Orde Baru. Moerdiono selama 10 tahun menjabat menjadi Menteri Sekretaris Negara. Dalam kesaksiannya mengingat masa tahun 1966, Moerdiono yang pada masa itu berpangkat letnan satu mengatakan bahwa Budiono yang adalah perwira menengah berpangkat kolonel sedang memfotokopi surat perintah itu.
“Waktu dia keluar, saya meminta surat itu, tapi dia bilang, ‘nggak bisa, ini rahasia,’ lalu saya bilang, ‘lah ini saya untuk kerja,’ dijawabnya, ‘nggak bisa,’ lalu saya jawab lagi, ‘ya sudah nanti saya juga dapat.’ Jadi semua dibawa ke Kostrad dan an saya nggak dapat,” tutur Moerdiono. Sementara itu dalam kesaksian yang sama, ia pernah mendapat cerita dari Pak Harto bahwa dokumen tersebut (aslinya) diserahkan kepada Kepala Pusat Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Ibnu Soebroto. Yang terakhir meninggal dan tidak pernah berbicara mengenai hal itu.
Yang penting sekali dipertanyakan adalah sampai kapan Supersemar ini akan menjadi pembahasan? Apalagi sampai sekarang pun belum ada bukti di mana Surat Perintah Sebelas Maret asli disimpan. Siapakah yang seharusnya bertanggungjawab atas hilangnya bukti Negara dan yang terpenting kebenaran sejarah?

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls